Sabtu, 08 November 2014

BENARKAH KENDURI ADA DALAM ISLAM

Banyak upacara adat yang menjadi
tradisi di beberapa lingkungan
masyarakat Islam yang
sebenarnya tidak diajarkan dalam
Islam. Tradisi tersebut ternyata
bukan bersumber dari agama
Islam, tetapi bersumber dari
agama Hindu. Agar lebih jelasnya
dan agar umat Islam tidak
tersesat, marilah kita telaah
secara singkat hal-hal yang
seolah-olah bermuatan Islam
tetapi sebenarnya bersumber
dari agama Hindu.
1. Tentang Selamatan yang Biasa
Disebut GENDURI [Kenduri atau
Kenduren]
Genduri merupakan upacara
ajaran Hindu. [Masalah ini]
terdapat pada kitab sama weda
hal. 373 (no.10) yang berbunyi
“Antarkanlah sesembahan itu
pada Tuhanmu Yang Maha
Mengetahui”. Yang gunanya
untuk menjauhkan kesialan.
“Sloka prastias mai
pipisatewikwani widuse bahra
aranggaymaya jekmayipatsiyada
duweni narah”.
[Hal ini] bertentangan dengan
Firman Allah :
”Aku tidak menghendaki rezki
sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya
mereka memberi-Ku
makan.” (QS. Adz-Dzariyat
[51]:57)
Juga terdapat pada kitab siwa
sasana hal. 46 bab ‘Panca maha
yatnya’. Juga terdapat pada
Upadesa hal. 34, yang isinya:
a. Dewa Yatnya [selamatan]
Yaitu korban suci yang [secara]
tulus ikhlas ditujukan kepada
Sang Hyang Widhi dengan jalan
bakti sujud memuji, serta
menurut apa yang diperintahkan-
Nya (tirta yatra) metri bopo
pertiwi.
b. Pitra Yatnya
Yaitu korban suci kepada leluhur
(pengeling-eling) dengan memuji
[yang ada] di akhirat supaya
memberi pertolongan kepada
yang masih hidup.
c. Manusia Yatnya
Yaitu korban [yang] diperuntukan
kepada keturunan atau sesama
supaya hidup damai dan tentram.
d. Resi Yatnya
Yaitu korban suci [yang]
diperuntukan kepada guru atas
jasa ilmu yang diberikan
(danyangan).
e. Buta Yatnya
Yaitu korban suci yang
diperuntukan kepada semua
makhluk yang kelihatan maupun
tidak, untuk kemulyaan dunia ini
(unggahan).
[Hal ini] bertentangan dengan
Firman Allah :
”Dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami". "(Apakah
mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (QS. Al-Baqoroh
[2]:170)
[Lihat juga QS. Al-Maidah[5]:104,
Az-Zukhruf [43]:22)
Tujuan dari yang [disebutkan] di
atas merupakan usaha untuk
meletakkan diri pada
keseimbangan dalam hubungan
diri pribadi dengan segala
ciptaan Tuhan, [serta] untuk
membantu kesucian/penghapus
dosa.
[Hal ini] bertentangan dengan
Firman Allah :
”Sesunguhnya Kami menurunkan
kepadamu Kitab (Al Quran)
dengan (membawa) kebenaran.
Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-
Nya” (QS. Az-Zumar [39]:2).
Periksa juga surat 18: 110, 39:
65, 16: 36, 7: 59,65,73,85, 4: 116,
6: 88, 17: 39.
2. Tentang Sesajen
“Makiyadi sandyan malingga
renbebanten kesaraban
kerahupan dinamet deninhuan
keletikaneng
rinubebarening………..”
Sesajen tujuannya memberi
makan leluhur pada waktu hari
tertentu atau dilakukan pada
setiap hari.
[Dilakukan] untuk memberikan
keselamatan kepada yang masih
hidup, juga persembahan kepada
Tuhan yang telah memberikan
sinar suci kepada para Dewa.
Karena pemujaan tersebut
dianggap mempengaruhi serta
mengatur gerak kehidupan, bagi
mereka yang masih
menginginkan kehidupan [dan]
hasil/rezeki di dunia akan
mengadakan pemujaan dan
persembahan ke hadapan para
Dewa. [Hal ini] juga terdapat pada
kitab Bagawatgita hal. 7 no. 22,
yang artinya “Diberkati dengan
kepercayaan itu, dia mencari
penyebab apa yang dicita-
citakan”.
[Masalah ini] bertentangan
dengan Firman Allah :
”Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfaat dan tidak
(pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab
jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang
zalim."(QS. Yunus [10]:106)
Periksa juga surat Ghofir :60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar