Selasa, 21 Oktober 2014

APAKAH MANUSIA BISA MELIHAT JIN ?

APAKAH MANUSIA BISA MELIHAT JIN…..?

Jika yang dimaksud melihat Jin dalam arti
melihat dengan mata kepala maka manusia
tidak dapat melakukannya, Allah Ta’ala
menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﺮَﺍﻛُﻢْ ﻫُﻮَ ﻭَﻗَﺒِﻴﻠُﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﺗَﺮَﻭْﻧَﻬُﻢْ
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. QS:7/27.
Demikian pula yang dinyatakan Ibnu Abbad
r.s dalam sebuah hadis Nabi s.a.w.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata:
ﻣَﺎ ﻗَﺮَﺃَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺠِﻦِّ
ﻭَﻣَﺎ ﺭَﺁﻫُﻢُ
Yang artinya: Rasulullah saw tidak
membacakan al-Quran kepada jin dan tidak
pula melihat mereka.
Kisahnya sebagai berikut: Suatu saat ketika
baginda Nabi saw. dalam perjalanan bersama
para Sahabat ra. menuju pasar Ukaz, tepat
pada saat itu, antara syaitan jin dan berita
dari langit sedang dihalangi dan mereka
dilempari dengan panah berapi. Maka
merekapun kembali kepada kaum mereka, dan
mereka berkata : Antara kami dan berita dari
langit telah dihalangi dan kami dilempari
dengan panah berapi. Kaum mereka berkata :
pasti telah terjadi sesuatu yang luar biasa di
muka bumi, coba pergilah menyebar ke bumi,
baik di sebelah timur maupun baratnya,
carilah apa menjadi penyebabnya, sehingga
antara kita dan berita dari langit menjadi
terhalang. Mereka pun pergi ke bumi di
sebelah timur dan baratnya. Dan diantara
mereka ada yang menuju arah Tihamah yaitu
mengikuti arah perjalanan Nabi saw. bersama
para sahabat ra. Saat itu Baginda Nabi saw
sedang berada di bawah pohon kurma dalam
perjalanan menuju ke pasar Ukaz dan Baginda
Nabi saw. sedang melaksanakan sholat Subuh
bersama para Sahabat. Ketika mereka
(sekelompok jin) itu mendengarkan al-Quran
dibaca, mereka memerhatikannya dan
berkata : Inilah yang menjadikan kita
terhalang dengan berita dari langit. Maka
merekapun kembali kepada kaum mereka lalu
berkata: Wahai kaumku :
( ﺇِﻧَّﺎ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻗُﺮْﺁﻧًﺎ ﻋَﺠَﺒًﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺮُّﺷْﺪِ ﻓَﺂﻣَﻨَّﺎ ﺑِﻪِ ﻭَﻟَﻦْ
ﻧُﺸْﺮِﻙَ ﺑِﺮَﺑِّﻨَﺎ ﺃَﺣَﺪًﺍ )
Yang artinya: Sesungguhnya aku telah
mendengar bacaan yang mengagumkan, yang
dapat menunjukkan kita kepada kebenaran,
maka aku beriman kepadanya dan tidak akan
menyekutukan Tuhanku dengan siapapun.
Maka Allah SWT. menurunkan kepada nabi-
Nya Muhammad saw dengan firman-Nya:
( ﻗُﻞْ ﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻪُ ﺍﺳْﺘَﻤَﻊَ ﻧَﻔَﺮٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻦِّ )
Yang artinya: Katakanlah, telah diwahyukan
kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah
mendengar bacaan al-Quran
1. Riwayat Bukhori di dalam Kitab Azan
Hadits Nomor 731
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat
Hadits Nomor 681
3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir
Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.
Jika yang dimaksud melihat jin dalam arti
mengenali, maka untuk hal tersebut orang
tidak harus menggunakan mata kepala. Orang
bisa mengenali suatu benda dengan indera
yang dimiliki, dengan penciuman atau
pendengaran, asal dengan itu orang tersebut
dapat mengenali sesuatu maka boleh
dikatakan ‘rukya’ atau melihat. Semisal orang
buta mampu mengenali uang kertas, padahal
dia tidak pernah melihat uang itu dengan
matanya. Dengan mencium orang dapat
mengenali kwalitas tembakau, dan dengan
mendengar orang dapat mengenali seseorang
melalui suaranya. Orang bisa mengenali
suara, tetapi suara itu tidak dapat dilihat
dengan mata kepala melainkan didengarkan
dengan indera pendengaran. Meski hanya
dengan pendengaran, ketika seseorang dapat
mengenali suatu benda, maka orang itu
berarti mengenali benda tersebut.
Seperti orang makan salak secara terus-
menerus sehingga menjadi tahu dengan persis
bahwa salak yang dimakan itu salah pondoh,
orang tersebut berarti orang yang kenal salak
pondoh. Bahkan semakin ahli, semakin itu
pula dia dapat mengetahui dengan tepat
terhadap segala jenis-jenis salak secara
spesifik. Melihat jin itu tidak harus dengan
mata kepala, yang pasti jin itu ada, jin
melihat manusia tetapi manusia tidak dapat
melihat jin. Kehidupan jin itu dekat dengah
kehidupan manusia, hanya saja manusia tidak
dapat merasakannya. Demikianlah yang
dinyatakan Allah dengan firman-Nya.
Oleh karena alam jin adalah alam yang ghaib
bagi indera lahir manusia, untuk
mengenalinya, maka dengan indera yang lahir
itu seorang hamba wajib mengimani apa-apa
yang disampaikan oleh Allah Ta’ala dengan
wahyu-Nya. Ketika alam jin dinyatakan Allah
Ta’ala dengan firman-Nya, maka kewajiban
manusia harus mengimaninya, selanjutnya,
dengan kemampuan imaginasi yang ada
manusia harus bersungguh-sungguh
mengadakan penelitian dengan cara yang
benar, hasilnya, dengan ilmu Allah dan izin-
Nya manusia akan dibukakan penutup
matanya sehingga mereka mendapatkan
sesuai yang diharapkan. Ketika Allah SWT.
berfirman:
ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻣَﺮَﺝَ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮَﻳْﻦِ ﻫَﺬَﺍ ﻋَﺬْﺏٌ ﻓُﺮَﺍﺕٌ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﻣِﻠْﺢٌ
ﺃُﺟَﺎﺝٌ ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﺑَﺮْﺯَﺧًﺎ ﻭَﺣِﺠْﺮًﺍ ﻣَﺤْﺠُﻮﺭًﺍ-
ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ: 25/53
Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi. QS:25/53.
Maka manusia harus mengimani firman Allah
Ta’ala itu, karena hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui keadaan makhluk-Nya. Menurut
ayat diatas, alam manusia bagaikan
samudera dan alam jin juga bagaikan
samudera, namun antara keduanya dibatasi
oleh barzah atau ruang waktu dan dinding-
dinding yang membatasi. Maksudnya, alam
manusia adalah suatu dimensi dan alam jin
juga merupakan suatu dimensi, namun
masing-masing dimensi itu dibatasi oleh
dimensi lain pula. Seperti alam mimpi adalah
dimensi dan alam jaga juga merupakan
dimensi, namun masing-masing tersebut
dibatasi oleh dimensi yang lain yaitu alam
tidur. Alam tidur dikatakan sebagai pembatas
antara alam sadar dengan alam mimpi,
karena tidak semua orang tidur pasti
bermimpi, hal ini membuktikan bahwa alam
tidur berbeda dengan alam mimpi.



PENAMPAKAN YANG MENGHANTUI HAYAL
MANUSIA

Ketika seseorang mendapatkan penampakan,
baik sebagai buah wirid dan mujahadah yang
mereka lakukan atau karena ingatannya
sedang sakit, mereka mengira, penampakan-
penampakan itu merupakan bentuk jin yang
asli, padahal sesunguhnya bukan, karena
tidak ada yang dapat mengetahui bentuk jin
kecuali hanya Allah Ta’ala. Penampakan-
penampakan tersebut hanyalah bentuk
gambar (visual) yang ditusukkan jin ke dalam
alam hayal manusia, hal itu bisa terjadi,
karena orang tersebut sebelumnya telah
menghayal jin sesuai dengan hayalannya
sendiri. Oleh karena itu, apabila orang-orang
yang mendapatkan penampakan itu
sebelumnya menghayal jin dalam bentuk
putih-putih maka penampakan yang muncul
berupa gambar putih-putih, jika mereka
membanyakan jin dalam gambaran hitam-
hitam maka penampakan yang muncul berupa
hitam-hitam. Penampakan-penampakan itu
sesungguhnya hanyalah hasil sihir jin dengan
mengambil hayalan manusia kemudian
dibentuk menjadi visual dan dimasukkan
kembali ke dalam bilik hayal manusia
tersebut. Dalam kaitan ini banyak orang ahli
wirid dan mujahadah terperangkap di dalam
tipudaya setan jin. Terlebih lagi ketika
penampakan itu kemudian mengeluarkan
suara dan mengaku sebagai ruh wali, maka
ahli wirid itu menghadapi jebakan setan jin
yang sangat mematikan. Sedikit demi sedikit
mereka akan dijadikan orang sombong, karena
merasa mempunyai kelebihan di atas orang
lain.
Orang tidak dapat melihat jin karena mata
lahirnya sedang ditutupi, atau karena sorot
pandangnya sedang terhalang oleh hijab-
hijab basyariah. Ketika hijab-hijab itu
dihapus sehingga penutupnya menjadi
terbuka, hal ini bisa terjadi sebagai buah
ibadah yang dijalani, maka dengan izin-Nya
manusia dapat merasakan keberadaan jin.
Allah telah mengisyaratkan hal tersebut
dengan firman-Nya:
ﻟَﻘَﺪْ ﻛُﻨْﺖَ ﻓِﻲ ﻏَﻔْﻠَﺔٍ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَﺍ ﻓَﻜَﺸَﻔْﻨَﺎ ﻋَﻨْﻚَ ﻏِﻄَﺎﺀَﻙَ
ﻓَﺒَﺼَﺮُﻙَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺣَﺪِﻳﺪٌ
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan
lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan
daripadamu tutup (yang menutupi) matamu,
maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam”. QS:50/22.
Walaupun seandainya manusia dapat melihat
jin karena sorot matanya telah menjadi tajam
sehingga tembus pandang dan ketika ternyata
bentuk jin itu tidak sama dengan segala
bentuk yang ada di dunia, dapatkah orang
tersebut mencontohkannya kepada orang lain
di dunia…? Ketika pandangan mata manusia
telah menjadi tembus pandang karena
penutupnya telah dibuka, berarti saat itu
manusia tidak melihat dengan mata lahir
melainkan dengan mata batin atau matahati,
karena hanya dengan matahati itu seseorang
dapat melihat alam yang dighaibkan terhadap
mata dhohir. Keadaan yang dilihat oleh
matahati , sebagaimana yang disebutkan di
atas, dapatkah hal tersebut diperlihatkan
kepada orang lain melalui mata lahirnya?
Tentunya tidak bisa, keadaan itu seperti
orang dapat mengenali suara dengan indera
pendengaran, dapatkah suara itu kemudian
dikenalkan kepada orang lain melalui indera
penciuaman, semata-mata karena indera
pendengaran orang tersebut sedang dalam
keadaan rusak….?
Walhasil, apa saja yang dapat dicontohkan
oleh manusia tentang bentuk jin melalui
gambar-gambar yang dapat dilihat oleh mata
lahir manusia yang lain, sesungguhnya itu
hanyalah kebohongan belaka, baik
kebohongan yang disebarkan oleh jin terhadap
manusia yang dapat dibohongi maupun oleh
manusia yang memang pekerjaannya suka
berbuat kebohongan. Sesungguhnya bentuk
asli jin itu tidak mungkin dapat dilihat
manusia dengan panca inderanya melainkan
hanya dapat dilihat dengan indera batin yang
disebut matahati. Hanya Allah Ta’ala Yang
Maha Mengetahui kepada segala ciptaan_Nya./prapto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar