Rabu, 29 Oktober 2014

HUKUM PUASA WETON DALAM ISLAM


HUKUM PUASA WETON (PUASA
HARI KELAHIRAN) DALAM ISLAM

Weton adalah istilah hindu jawa
untuk menyebut hari kelahiran. Si
A lahir Jumat kliwon. Berarti weton
si A adalah jumat kliwon. Bagi
sebagian penganut ‘syariat’ hindu
kejawen, weton menjadi hari
istimewa dalam hidupnya.
Adapun dalam timbangan syariat
islam maka puasa weton (hari
kelahiran) hukumnya adalah haram,
alasannya adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada dalil yang
memerintahkan atau menganjurkan
puasa hari kelahiran.
Adapun puasa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada hari Senin,
Bukanlah karena hari Senin adalah
hari kelahiran beliau. Akan tetapi,
beliau berpuasa pada hari Senin
karena di hari itulah amal setiap
hamba dilaporkan kepada Allah,
dan beliau ingin agar ketika amal
beliau dilaporkan, beliau dalam
keadaan berpuasa. Hanya saja, hari
Senin ini bertepatan dengan hari
kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Dalilnya sangat jelas sebagaimana
Hadits dari Usamah bin Zaid
radhiyallahu ‘anhuma, beliau
menceritakan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
terbiasa puasa setiap senin dan
kamis. Ketika beliau ditanya
alasannya, beliau bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺃَﻋْﻤَﺎﻝَ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ﺗُﻌْﺮَﺽُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟِﺎﺛْﻨَﻴْﻦِ
ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴﺲِ
“Sesungguhnya amal para hamba
dilaporkan (kepada Allah) setiap
senin dan kamis.”(HR. Abu Daud
2436).
Inilah yang menjadi alasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam merutinkan puasa senin dan
kamis. Beliau ingin, ketika amal
beliau dilaporkan, beliau dalam
kondisi puasa.
Sebagaimana dinyatakan dalam
riwayat lain, bahwa Usamah bin
Zaidradhiyallahu ‘anhuma bertanya
mengenai alasan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallamrajin puasa senin-
kamis. Jawaban beliau,
ﺫَﺍﻧِﻚَ ﻳَﻮْﻣَﺎﻥِ ﺗُﻌْﺮَﺽُ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﻋَﻠَﻰ
ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ، ﻓَﺄُﺣِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳُﻌْﺮَﺽَ ﻋَﻤَﻠِﻲ
ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺻَﺎﺋِﻢٌ
“Itulah dua hari, dimana amal para
hamba dilaporkan kepada Tuhan
semesta alam. Dan saya ingin,
ketika amalku dilaporkan, saya
dalam keadaan puasa.” (HR. An-
Nasai 235)
Barangsiapa mengamalkan sebuah
amalan dinamakan ibadah akan
tetapi tidak ada perintah dan
anjuran dari Allah ta'ala dan
rasulnya maka amalan tersebut
tertolak alias tidak diterima, tidak
diberi pahala bahkan berdosa.
Dalilnya dalah:
Dari Aisyah istri Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam, ia
mengatakan, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda,
ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻼً ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu
amalan yang tidak ada perintah/
anjuran kami padanya maka
tertolak.”(HR.Muslim 3/1343)
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ
ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa yang membuat ajaran
baru dalam agama kami ini yang
bukan darinya, maka amalan
tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan
Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍْﻷُﻣُﻮْﺭِ، ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ
ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ .
"Dan jauhilah oleh kalian perkara-
perkara baru dalam agama, (sebab)
sesungguhnya setiap perkara yang
baru itu adalah bid'ah dan setiap
bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam setiap memulai khutbah
biasanya beliau mengucapkan,
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻫُﺪَﻯ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻷُﻣُﻮﺭِ
ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ
“Amma ba’du.Sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah
kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah perkara baru yang diada-
adakan dalam agama, perkara baru
yang diada-adakan dalam agama
itu adalah bid’ah, setiap bid’ah
adalah kesesatan” (HR. Muslim no.
867)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺃَﺻَﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ
ﺍﻟْﻬَﺪْﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ، ﻭَﻛُﻞَّ
ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ، ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼﻟَﺔٌ ، ﻭَﻛُﻞَّ
ﺿَﻼﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Sejelek-jelek perkara adalah
perkara baru yang diada-adakan
dalama agama, setiap perkara baru
yang diada-adakan dalama agama
itu adalah bid’ah, setiap bid’ah
adalah kesesatan dan setiap
kesesatan tempatnya di
neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, )
Imam Asy-Syathibi Asy-Syafii
berkata,:“Setiap orang yang
mencari sesuatu amalan yang tidak
disyariatkan di dalam beban-beban
syariat (agama islam), berarti dia
telah menyelisihi syariat. Dan
setiap orang yang menyelisihi
syariat, amalan dia di dalam
penyelisihan itu adalah batil,
(salah/jelek/sia-sia). Maka
barangsiapa mencari sesuatu yang
tidak disyariatkan di dalam beban-
beban syariat, berarti amalannya
juga batil.(Al-I’tisham karya Asy-
Syathibi 2/358)
2. Adapun hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam sering berpuasa
sunnah di hari Senin. Dan salah
satu alasannya adalah karena hari
itu adalah hari dimana beliau
dilahirkan ke muka bumi
Sebagaimana disebutkan dalam
hadits dari sahabat Abu Qatadah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya oleh seorang
sahabat tentang berbagai macam
puasa sunnah. Beliau ditanya
tentang puasa dahr (puasa setiap
hari), puasa Daud, dan puasa
sunah lainnya. Kemudian ada
sahabat yang bertanya,
ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟِﺎﺛْﻨَﻴْﻦِ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺫَﺍﻙَ
ﻳَﻮْﻡٌ ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻮْﻡٌ ﺑُﻌِﺜْﺖُ
‘Beliau ditanya tentang puasa hari
senin?’ jawaban beliau,
“Itu adalah hari aku dilahirkan dan
aku diutus (sebagai nabi).” (HR.
Muslim )
Maka jika kita perhatikan baik-baik,
hadits di atas tidaklah
menunjukkan anjuran puasa ketika
hari kelahiran (weton). Ada
beberapa alasan yang mendukung
hal ini,
a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan puasa hari
senin, bukan dalam rangka
menyebutkan alasan, tapi
menjelaskan hukum. Sahabat
bertanya kepada beliau tentang
hukum berbagai puasa sunah,
termasuk diantaranya puasa hari
senin, bagaimana status puasa hari
senin?. Beliau menjelaskan bahwa
senin adalah hari yang mulia,
karena pada hari itu beliau
dilahirkan dan beliau diangkat
sebagai nabi. Bukan dalam rangka
memperingati hari kelahiran beliau.
(Simak Dalil Falihin penjelasan
Riyadhus Shalihin, Ibnul Allan,
7/61).
b. Yang menjadi alasan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
merutinkan puasa hari senin
adalah sebagaimana yang
ditunjukkan dalam hadis Usamah
bin Zaid diatas. Pada hadis ini,
Usama betul-betul menanyakan
apa sebab Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam merutinkan puasa
senin kamis. Beliau memberikan
alasan bahwa pada hari itu, amal
para hamba dilaporkan kepada
Tuhan semesta alam. Dan beliau
ingin ketika amal beliau dilaporkan,
beliau dalam keadaan puasa.
Inilah alasan yang sejatinya,
mengapa beliau merutinkan puasa
senin – kamis. Karena itu, rutinitas
beliau berpuasa senin, bukan
dalam rangka mempuasai hari
weton beliau.
c. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak dikenal weton.
Tidak ada istilah hari pasaran
wage – kliwon – legi, dst. yang
mereka kenal adalah nama hari
satu pekan: Ahad, senin, selasa,
dst. Dalam pelajaran sejarah islam,
kita tidak pernah dikenalkan, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir
hari senin wage, atau senin kliwon.
Yang kita tahu secara pasti, beliau
dilahirkan hari senin.
3. Tidak didapati seorang keluarga
atau shahabat nabi-pun yang
hidup dizaman Nabi melakukan
puasa weton.
Dan kalau kita menengok praktek
keluarga Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam dan para shahabat
nabi yang mulia, yang selalu
berlomba dalam kebaikan sekecil apapun, yang selalu mengamalkan
ajaran nabi sekecil apapun, kita
tidak menemukan bahwa mereka
masing-masing sibuk berpuasa di
hari kelahiran mereka. Yang
mereka lakukan adalah berpuasa di
hari kelahiran nabi Muhammad,
yaitu hari Senin. Kita tidak
mendapatkan Fatimah anaknya
Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam puasa dihari
kelahirannya, Ali Bin Abi Thalib
berpuasa dihari kelahirannya, abu
bakar puasa dihari kelahirannya,
‘aisyah istri Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam berpuasa dihari
kelahirannya.
Di sinilah fungsi keluarga dan para
shahabat, yaitu untuk dijadikan
perbandingan dalam mengikuti
sunnah Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam. Kita memang
diharuskan mengikuti sunnah
Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam, namun terkadang kita
sering kali salah duga dan salah
kira.
Maka praktek para shahabat nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa
dijadikan guide pembanding,
barometer pemahaman dalam
merealisasikan perkataan Nabi
shalallahu 'alaihi wasallam, seperti
apakah seharusnya ibadah yang
kita lakukan dalam rangka
mengikuti nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Imam Ibnu Katsir berkata:
ﻭﺃﻣﺎ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻴﻘﻮﻟﻮﻥ ﻓﻲ
ﻛﻞ ﻓﻌﻞ ﻭﻗﻮﻝ ﻟﻢ ﻳﺜﺒﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ :
ﻫﻮ ﺑﺪﻋﺔ ; ﻷﻧﻪ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺧﻴﺮﺍ ﻟﺴﺒﻘﻮﻧﺎ
ﺇﻟﻴﻪ ؛ ﻷﻧﻬﻤﻠﻢ ﻳﺘﺮﻛﻮﺍ ﺧﺼﻠﺔ ﻣﻦ ﺧﺼﺎﻝ
ﺍﻟﺨﻴﺮ ﺇﻻ ﻭﻗﺪ ﺑﺎﺩﺭﻭﺍ ﺇﻟﻴﻬﺎ .
“Adapun Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, mereka mengatakan
bahwa setiap amalan atau
perbuatan yang tidak dilakukan
oleh parasahabat, maka itu adalah
amalan yang bid’ah. Karena “law
kaana khoiron lasabaquna ilaih”,
yaitu seandainya amalan tersebut
baik, maka tentu para sahabat NAbi
sudah terlebih dahulu
melakukannya amalan tersebut.
Karena mereka –para sahabat-
tidaklah meninggalkan suatu
kebaikan pun kecuali mereka lebih
terdepan melakukannya.”(Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, karya Ibnu
Katsir, terbitan Ibnul Jauzi 6: 622)
4. Senadainyapun Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering
berpuasa sunnah di hari Senin.
dengan salah satu alasannya
adalah karena hari itu hari dimana
beliau dilahirkan ke muka bumi.
Namun apakah hal itu juga sama
berlaku untuk umatnya, yakni
disunahkan berpuasa di hari
kelahirannya..???
Mengingat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah pembawa
risalah resmi dari Allah ta'ala.
Ketika beliau melakukan ritual
ibadah, alasan yang beliau
kemukakan tentu sangat terkait
dengan diri beliau sendiri.
Artinya, kalau beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam sering berpuasa
di hari Senin karena beliau lahir di
hari itu, lantas puasa sunnah
disyariatkan untuk dilakukan pada
hari itu, maka kesimpulan
hukumnya adalah kita disyariatkan
untuk berpuasa di hari kelahiran
beliau, bukan di hari kelahiran kita
sendiri.Sebab yang lahir di hari
Senin itu bukan seorang
Muhammad sebagai seorang anak
dari manusia biasa, melainkan
yang lahir adalah seorang utusan
Allah ta'ala yang mulia. Maka kita
berpuasa di hari kelahiran seorang
utusan Allah, bukan di hari
kelahiran diri kita sendiri.
Apalagi hadits di atas masih
diteruskan bahwa di hari Senin itu
turun wahyu. Sebagaimana
sabdanya: Itu adalah hari aku
dilahirkan dan aku diutus sebagai
nabi.(HR. Muslim ).Berarti topik
hadits itu adalah keutamaan hari
Senin, bukan keutamaan hari
kelahiran tiap manusia.
Apa urusannya kita berpuasa di
hari kelahiran kita sendiri? Apa
istimewanya diri kita sehingga ada
syariat dimana kita disunnahkan
untuk berpuasa di hari kelahiran
diri sendiri?
5. Tidak didapati dalam kitab para
ulama islam mencantumkan puasa
hari kelahiran dalam Bab Puasa-
Puasa Sunnah.
6. Puasa hari kelahiran adalah
ritual ibadah puasa agama hindu
kejawen
Dalam agama hindu kejawen
terdapat macam-macam ritual
puasa yang salah satunya bernama
Puasa weton dan neptu 40
Puasa ini hanya di lakukan pada
saat weton (hari kelahiran) saja.
Demikian juga dengan puasa neptu
40, puasa ini juga hanya dilakukan
pada hari-hari yang ber neptu 40,
di antaranya adalah :
a. Jum’at Pahing, Sabtu Pon dan
Minggu wage ;
b. Sabtu Kliwon, Minggu legi, dan
Senin pahing ;
c. Selasa Kliwon, Rabu legi dan
Kamis Pahing ;
d. Rabu pon, Kamis Wage dan
Jum’at Kliwon (atau bisa juga ;
Kamis wage, Jum’at kliwon dan
Sabtu legi)
7. Puasa weton Menyerupai orang
kafir (hindu kejawen), dan didalam
agama islam menyerupai orang
kafir hukumnya haram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﻭﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻘﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻬﻢ
“Barangsiapa menyerupai suatu
kaum ,maka ia termasuk golongan
mereka.” (HR. Ahmad nomor 5114,
hadits hasan).
Imam Ibnu ‘Abdil Barr Al Maliki
rahimahullah mengatakan,
ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻘﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﺃﻭ ﺣﺸﺮ ﻣﻌﻬﻢ
ﻓﻘﻴﻞ ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﺃﻓﻌﺎﻟﻬﻢ ﻭﻗﻴﻞ
ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﻫﻴﺌﺎﺗﻬﻢ
“Maksudnya orang yang
menyerupai suatu kaum akan
dikumpulkan bersama mereka di
hari kiamat kelak. Dan bentuk
penyerupaan bisa dengan meniru
perbuatan yang dilakukan oleh
kaum tersebut atau dengan meniru
rupa mereka.”(At Tamhid lima fil
Muwaththa minal Ma’ani wal
Asaanid 6/80).
Imam as-Suyuthi rahimahullah
berkata:
ﻭﺍﻟﺘﺸﺒﻪ ﺑﺎﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ
ﻣﺎ ﻗﺼﺪﻩ ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻗﺮ ﺃﺣﻮﺍﻻً
ﺗﻘﺘﻀﻲ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﻟﺘﺸﺒﻪ ﺑﻬﻢ . ﺭﻭﻯ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ
ﺷﻌﻴﺐ ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، ﻋﻦ ﺟﺪﻩ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ " : ﻟﻴﺲ
ﻣﻨﺎ ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻐﻴﺮﻧﺎ، ﻻ ﺗﺸﺒﻬﻮﺍ ﺑﺎﻟﻴﻬﻮﺩ
ﻭﻻ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ "
Menyerupai orang-orang kafir
adalah haram meskipun tidak
mempunyai maksud seperti
mereka. Karena Hadits ini
menetapkan berbagai hal tentang
dilarangnya menyerupai orang-
orang kafir. ‘Amr bin Syu’aib telah
meriwayatkan dari bapaknya dari
kakeknya bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
ﻟﻴﺲ ﻣﻨﺎ ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻐﻴﺮﻧﺎ، ﻻ ﺗﺸﺒﻬﻮﺍ
ﺑﺎﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﻻ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ
“Bukan termasuk golongan kami
orang yang menyerupai kaum
selain kami. Jangan kalian
menyerupai yahudi dan
nashrani.”( Al-Amru Bil Ittiba’ Wan
Nahyu ‘An Al-Ibtida’)
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata,
ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺸَﺎﺑَﻬَﺔَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮَﺓِ ﺗُﻮﺭِﺙُ
ﺗَﻨَﺎﺳُﺒًﺎ ﻭَﺗَﺸَﺎﺑُﻬًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺧْﻠَﺎﻕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝِ
ﻭَﻟِﻬَﺬَﺍ ﻧُﻬِﻴﻨَﺎ ﻋَﻦْ ﻣُﺸَﺎﺑَﻬَﺔِ ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭِ
“Keserupaan dalam perkara
lahiriyah bisa berpengaruh pada
keserupaan dalam akhlak dan
amalan. Oleh karena itu, kita
dilarang menyerupai orang
kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).
SEMOGA BERMANFAAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar